Lakse Belitung: Perpaduan Kuliner Melayu dan Tionghoa yang Kaya Rasa
lensakuliner.com – Pulau Belitung terkenal dengan pantai berpasir putih dan batu granit raksasanya. Namun, keindahan alamnya bukan satu-satunya daya tarik. Pulau ini juga menyimpan warisan kuliner yang unik bernama lakse — makanan khas yang menyerupai putu mayang, tetapi memiliki rasa gurih dan aroma rempah yang kuat.
Asal Usul Lakse di Tanah Belitung
Masyarakat Melayu Belitung menciptakan lakse dari bahan sederhana seperti tepung beras, sagu, dan santan. Mereka mengolah adonan itu menjadi mie lembut yang disajikan bersama kuah santan. Ketika warga Tionghoa mulai bermukim di Belitung, mereka ikut memperkaya cita rasa lakse dengan teknik memasak khas mereka.
Gabungan dua budaya tersebut menghasilkan bentuk lakse yang lebih halus dan rapi tanpa mengubah rasa aslinya. Sejak saat itu, lakse menjadi salah satu simbol kuliner yang menyatukan masyarakat Melayu dan Tionghoa di Belitung.
Cara Membuat Lakse yang Otentik
Para pembuat lakse di Belitung menyiapkan adonan dengan mencampurkan tepung beras, sagu, dan santan. Setelah adonan kalis, mereka mencetaknya menjadi untaian panjang menyerupai mie. Untaian itu kemudian dikukus hingga matang dan berwarna putih lembut.
Setelah matang, para ibu rumah tangga menyusun lakse di atas daun pisang dengan rapi. Mereka lalu menyajikannya bersama kuah ikan tenggiri yang dimasak dengan bumbu rempah seperti kunyit, bawang merah, cabai, dan serai. Proses ini menciptakan aroma harum yang menggugah selera bahkan sebelum hidangan disajikan di meja makan.
 Baca Juga : Babat Gongso: Perpaduan Rasa Lokal dan Tionghoa di Jantung Semarang
Baca Juga : Babat Gongso: Perpaduan Rasa Lokal dan Tionghoa di Jantung Semarang
Cita Rasa Gurih yang Memanjakan Lidah
Lakse menghadirkan kombinasi rasa gurih, asin, dan sedikit pedas dari kuah ikan. Teksturnya kenyal namun lembut, membuat siapa pun yang mencicipinya ingin menambah porsi. Banyak warga Belitung menikmati lakse di pagi atau siang hari sebagai pengganti nasi.
Simbol Akulturasi Budaya di Belitung
Lakse bukan sekadar hidangan tradisional, melainkan juga simbol persatuan budaya Melayu dan Tionghoa. Warga kedua etnis ini saling berbagi resep dan teknik memasak untuk menciptakan cita rasa yang harmonis.
Kini, banyak restoran di Belitung yang menghadirkan versi modern lakse. Beberapa menambahkan ikan asap, sambal khas Belitung, atau bahkan topping seafood tanpa menghilangkan cita rasa otentiknya.
Warisan Kuliner dari Tanah Laskar Pelangi
Menikmati lakse berarti ikut melestarikan warisan kuliner Belitung. Setiap suapan menghadirkan cerita tentang sejarah, persahabatan, dan kreativitas masyarakat setempat.
Dengan kuah ikan tenggiri yang gurih dan tekstur lembut lakse yang khas, hidangan ini menggambarkan jiwa kuliner masyarakat Belitung — sederhana namun sarat makna. Jadi, ketika kamu berkunjung ke Pulau Belitung, pastikan lakse menjadi salah satu kuliner yang kamu cicipi.
Sumber : https://naga169.us.org/
 
		 
			 
			 
			 
			 
			