Kue Kremes Tradisional Cianjur Yang Renyah Dan Nikmat
Kue Kremes Tradisional Cianjur: Renyahnya Rasa, Hangatnya Kenangan
Kue kremes tradisional dari Cianjur telah lama menjadi simbol kelezatan dan keunikan kuliner Nusantara. Dengan tekstur yang renyah dan rasa manis yang pas, kue ini tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menghadirkan kenangan akan tradisi dan budaya yang kaya. Setiap gigitan kue kremes Cianjur menyimpan kehangatan dan keaslian resep turun-temurun yang terus dilestarikan. Mari kita telusuri pesona dan keistimewaan kue kremes yang menjadi kebanggaan masyarakat Cianjur ini.

Jejak Tradisi dari Masa ke Masa
Kue kremes Cianjur bukan sekadar camilan — ia adalah bagian dari sejarah kuliner Sunda yang hidup dari generasi ke generasi. Konon, kue ini sudah dikenal sejak masa kolonial Belanda, ketika bahan-bahan sederhana seperti tepung beras, santan, dan gula menjadi bahan utama kudapan rakyat. Di tengah keterbatasan, masyarakat Cianjur menemukan cara untuk menghadirkan kebahagiaan kecil melalui bunyi “kriuk” yang renyah setiap kali kue ini digigit.Tak seperti kremes ayam yang populer di seluruh Indonesia, kue kremes Cianjur justru hadir dalam bentuk kue kecil yang manis dan ringan.
Rahasia di Balik Renyahnya Kue
Banyak orang mengira membuat kue kremes itu mudah. Padahal, menurut Mak Euis, ada seni tersendiri dalam menakar bahan dan mengatur suhu minyak. Adonan yang terlalu kental akan membuat kue keras, sementara minyak yang terlalu panas bisa membakar bagian luar sebelum dalamnya matang.
“Rahasiana mah aya di tangan jeung rasa,” ujarnya sambil tersenyum — rahasianya ada di tangan dan rasa. Ia mengaduk adonan perlahan, memastikan setiap tetes santan meresap sempurna. Setelah itu, dengan sendok sayur kecil, ia menuang adonan ke dalam wajan panas.Tapi kenyataannya, jarang ada yang bisa bertahan selama itu — biasanya sudah habis hanya dalam dua hari.
Kue untuk Setiap Momen
Di Cianjur, kue kremes sering hadir dalam berbagai acara — dari hajatan, arisan, hingga sekadar teman minum teh sore hari. Anak-anak menyukainya karena rasanya manis dan renyah, sementara orang tua menyimpannya sebagai camilan nostalgia, pengingat masa kecil di kampung halaman.Namun, bagi warga asli, kue kremes tetap punya tempat istimewa di hati — karena setiap gigitan adalah sepotong kenangan.
Warisan yang Perlu Dijaga
Kini, di tengah gempuran kue modern dan tren kafe kekinian, keberadaan kue kremes tradisional mulai tersisih. Banyak anak muda lebih mengenal cookies atau brownies ketimbang kue tradisional dari kampung sendiri. Namun beberapa pengrajin seperti Mak Euis tetap bertahan. Ia percaya, selama masih ada orang yang mau belajar, kue kremes tak akan hilang.
“Budak ayeuna kudu terang, kue lembut mah teu salawasna ti luar negeri. Urang ogé boga nu nikmat,” katanya sambil tertawa. (Anak sekarang harus tahu, kue enak itu tidak selalu dari luar negeri. Kita juga punya yang lezat.)
Beberapa komunitas kuliner di Cianjur kini mulai mengadakan pelatihan membuat kue kremes untuk generasi muda. Mereka ingin agar cita rasa tradisional ini tetap hidup — bukan sekadar sebagai makanan, tetapi sebagai identitas budaya yang melekat pada tanah Sunda.
BACA JUGA :
Makanan Mie Koclok Khas Cirebon Yang Hangat dan Lezat
Renyahnya Cita Rasa, Lembutnya Kenangan
Menikmati sepotong kue kremes Cianjur bukan hanya soal rasa, tapi juga perjalanan rasa yang menghubungkan masa lalu dan masa kini. Dari tangan-tangan ibu di dapur sederhana hingga ke meja-meja tamu yang penuh kehangatan, kue ini mengajarkan kita tentang arti kebersamaan, kesederhanaan, dan cinta pada warisan leluhur.
 
		 
			 
			 
			 
			 
			