Kue Ku: Kue Tradisional Merah yang Sarat Makna
| | | | | |

Kue Ku: Kue Tradisional Merah yang Sarat Makna

lensakuliner.com – Kue ku, yang juga dikenal sebagai kue tok atau kue kura-kura merah, merupakan salah satu kue tradisional Tionghoa yang populer di Asia, terutama di Indonesia, Singapura, Malaysia, Tiongkok, Taiwan, dan Thailand.
Masyarakat Tionghoa menyebut kue ini sebagai Âng Ku Kóe (紅龜粿), yang berarti kue kura-kura merah. Pembuat kue mencetaknya menyerupai cangkang kura-kura, simbol panjang umur dan keberuntungan dalam budaya Tionghoa.

Ciri Khas dan Makna Filosofis

Kue ku memiliki bentuk bulat atau oval kecil dengan tekstur kenyal dan lembut. Pembuatnya menggunakan tepung ketan untuk kulit dan isian manis di bagian dalam, seperti kacang hijau, kacang tanah, atau kelapa parut dengan gula.
Setelah mencetak adonan dengan cetakan bermotif kura-kura, mereka meletakkannya di atas daun pisang agar aromanya lebih wangi. Warna merah yang mencolok melambangkan kebahagiaan, keberuntungan, dan kemakmuran, sebab itu banyak orang menyajikannya saat perayaan Tahun Baru Imlek.

Peran Kue Ku dalam Upacara Adat

Selain Imlek, masyarakat Tionghoa juga menghadirkan kue ku dalam berbagai upacara dan hajatan keluarga, seperti khitanan, kenduri, dan pernikahan.
Mereka percaya, menyuguhkan kue ku bisa membawa doa baik dan harapan kebahagiaan bagi keluarga serta tamu undangan. Tradisi ini terus bertahan dari generasi ke generasi karena makna filosofis yang kuat di baliknya.

Dari Tradisi ke Inovasi Modern

Kini, banyak penjual menjadikan kue ku sebagai jajanan harian. Kue ini tidak lagi terbatas untuk acara adat, tetapi juga hadir di pasar tradisional dan toko kue modern sepanjang tahun.
Beberapa pembuat kue menghadirkan inovasi rasa dan warna, seperti pandan hijau, ubi ungu, dan labu kuning, untuk menarik minat generasi muda. Dengan inovasi itu, kue ku tetap eksis tanpa kehilangan identitas tradisionalnya.

Baca Juga :Bolu Kemojo, Kue Khas Melayu yang Manis dan Sarat Makna

Proses Pembuatan Kue Ku

Pembuatan kue ku terdiri dari dua bagian utama, yaitu kulit dan isian.

  1. Membuat Kulit
    Pembuat mencampurkan tepung ketan dengan ubi jalar kukus yang dihaluskan, lalu menguleni adonan hingga lembut dan elastis.

  2. Menyiapkan Isian
    Mereka memasak kacang hijau, kacang tanah, atau kelapa parut dengan gula hingga menghasilkan rasa manis gurih yang khas.

Setelah semua bahan siap, pembuat membentuk adonan dengan cetakan khusus bermotif kura-kura, menaruhnya di atas daun pisang, lalu mengukusnya hingga matang.
Hasilnya, kue ku tampil harum, kenyal, dan menggugah selera.

Warisan Manis dari Budaya Tionghoa

Kue ku tidak hanya hadir sebagai makanan, tetapi juga sebagai warisan budaya yang sarat simbol dan makna.
Dengan bentuk khas dan cita rasa lembut, kue ini terus memperkaya kuliner tradisional Asia, sekaligus mempererat hubungan budaya antara generasi lama dan generasi baru.

Similar Posts