Tapai Ketan, Cita Rasa Tradisi dari Kuningan yang Tetap Melekat di Lidah
lensakuliner.com – Tapai adalah salah satu kuliner khas Nusantara yang lahir dari proses fermentasi alami. Di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, masyarakat mengolahnya menjadi hidangan unik bernama tapai ketan. Kudapan ini memadukan rasa manis dan asam secara seimbang, menghasilkan sensasi segar dan aroma khas yang menggugah selera.
Asal-Usul dari Desa Cibereum
Tapai ketan pertama kali muncul di Desa Cibereum, Kecamatan Cibingbin, Kuningan. Dahulu, masyarakat hanya menyajikannya pada perayaan hari besar Islam, terutama saat menjelang Idul Fitri. Namun kini, rasa lezatnya membuat tapai ketan hadir di berbagai kesempatan. Para penjual pun mudah ditemui di seputaran Kuningan, menjadikan kuliner ini sebagai ikon kuliner tradisional daerah.
Proses Pembuatan yang Butuh Ketelatenan
Meski terlihat sederhana, proses membuat tapai ketan memerlukan ketelatenan dan waktu yang tidak singkat. Masyarakat mengolah beras ketan putih dengan ragi tradisional, lalu membungkusnya menggunakan daun jambu air agar aromanya lebih wangi. Untuk mempercantik tampilannya, mereka menambahkan pewarna alami dari daun katuk.

Baca Juga : Lamang Tapai: Perpaduan Ketan dan Tapai yang Menciptakan Rasa Unik Khas Minangkabau
Selama proses fermentasi yang berlangsung tiga hingga tujuh hari, rasa manis alami perlahan terbentuk. Tekstur ketan pun menjadi lebih lembut, menghasilkan cita rasa khas yang selalu dirindukan pecinta kuliner tradisional.
Fermentasi Unik dalam Wadah Hitam
Masyarakat Kuningan memiliki cara khas dalam proses fermentasi. Mereka menempatkan tapai dalam ember hitam kedap udara agar suhu tetap stabil. Teknik ini membuat fermentasi berjalan sempurna dan menghasilkan tapai dengan rasa konsisten. Selain nikmat, tapai ketan mengandung vitamin B1 yang berperan penting untuk menjaga kesehatan saraf, otot, dan sistem pencernaan.
Kudapan yang Kaya Manfaat
Tapai ketan bukan sekadar makanan tradisional. Banyak orang percaya bahwa makanan ini dapat menurunkan kadar gula darah, meredakan pegal-pegal, serta menjaga kesehatan kulit. Tak heran jika tapai ketan tetap populer hingga kini, menjadi simbol warisan kuliner yang melekat kuat dalam kehidupan masyarakat Kuningan.
 
		 
			 
			 
			 
			 
			