Warung Sate dan Tengkleng Kambing Pak No Semarang
lensakuliner.com – Warung Sate dan Tengkleng Kambing Pak No bukan hanya dikenal karena sate dan tengklengnya yang empuk dan kaya rempah, tapi juga karena sajian unik khas Semarang: bistik kambing. Perpaduan antara kuah gurih tanpa santan, kentang, tomat, dan selada membuat bistik kambing ini berbeda dari olahan kambing lainnya di Indonesia.
Mencari Warung Kambing di Kawasan Bustaman
Setelah rekomendasi itu, penelusuran membawa kita ke daerah Bustaman, sebuah kampung di Semarang yang dikenal dengan masakan kambingnya. Meskipun kawasan ini cukup ramai dan terdapat banyak warung makan berbasis Chinese food, kita tetap bisa menemukan gerobakan sederhana dengan tulisan khas: Warung Pak No.
Di sinilah kami bertemu dengan pemilik generasi kedua yang meneruskan usaha sang ayah sejak tahun 2000.
Asal-Usul dan Keunikan Masakan Pak No
Pak No adalah penerus warung kambing ini, yang awalnya dirintis oleh sang ayah sejak tahun 1967. Dulu, sang ayah berjualan keliling sebelum akhirnya menetap di Bustaman. Salah satu rahasia kelezatan masakan di sini adalah kuah gulainya yang dibuat dari kelapa yang digoreng terlebih dahulu, memberikan rasa yang khas dan berbeda dari gulai pada umumnya.
Menu Wajib: Sate dan Tengkleng Kambing
Menurut Pak No, jika datang untuk pertama kalinya, sate kambing dan tengkleng adalah dua menu wajib yang harus dicoba. Dalam satu hari, mereka bisa menghabiskan hingga 700 tusuk sate, dan sebelum pandemi COVID-19, bisa mencapai lebih dari 1000 tusuk per hari.
Baca Juga : Cungkring Pak Jumat: Kuliner Kaki Lima Legendaris dari Bogor
Tengklengnya dimasak empuk dengan bumbu meresap sempurna. Daging kambingnya tidak prengus, dan bisa langsung lumer di mulut. Ditambah lagi dengan sambal khas dan kuah yang gurih, rasanya makin lengkap.
Bistik Kambing: Cita Rasa Khas Semarang
Menu unik lainnya yang patut dicoba adalah bistik kambing, yang hanya bisa ditemukan di Semarang. Meski sekilas mirip tongseng karena kuahnya manis, bistik ini tidak menggunakan kol, melainkan kentang dan tomat. Kuahnya tidak memakai santan, sehingga rasanya lebih ringan, tapi tetap kaya.
Setiap suapan bistik ini memberikan sensasi berbeda. Daging kambingnya empuk, kuahnya manis-gurih, dan aroma rempahnya sangat menggugah selera.
Menikmati Sum-sum dan Tulang Kambing yang Lumer
Bagian paling menyenangkan dari makan di sini adalah ketika menyedot sum-sum dari tulang-tulang kambing yang sudah direbus empuk. Cukup diseruput, langsung “mak ndlup” dan meleleh di mulut. Sambal dan kuah yang gurih makin menambah kenikmatan.
Tulang-tulangnya masih menyisakan daging di kanan kirinya, dan semuanya bisa lepas dengan mudah tanpa usaha keras. Istimewa!
Kecap Lokal yang Jadi Ciri Khas Rasa
Tak kalah menarik, bumbu sate di sini menggunakan kecap Mirama, salah satu kecap khas Semarang. Kecap ini memiliki karakter unik dan jadi pembeda dari kota-kota lain. Setiap kota memang punya kecap andalan sendiri, dan Mirama adalah kebanggaan warga Semarang.
Penutup: Kuliner Legendaris Sejak 1967
Menutup kunjungan kali ini, rasa puas dan senang jelas terpancar. Tengkleng dan bistik kambing di Warung Pak No benar-benar memberikan pengalaman kuliner yang berkesan. Dari cara memasak, penyajian, hingga cita rasanya, semuanya terasa otentik dan legendaris.
Jika kamu sedang berkunjung ke Semarang, pastikan mampir ke Warung Pak No dan rasakan sendiri kelezatan yang telah bertahan sejak tahun 1967. Jangan lupa tulis di kolom komentar jika kamu punya rekomendasi kuliner legendaris lainnya!