Menyusuri Jejak Legenda: Lumpia Gang Lombok Semarang
|

Menyusuri Jejak Legenda: Lumpia Gang Lombok Semarang

lensakuliner.com –  Lumpia Gang Lombok bukan sekadar jajanan khas Semarang—ia adalah warisan kuliner yang telah melewati lebih dari satu abad dan tetap eksis hingga kini. Bertempat di kawasan Pecinan yang penuh nuansa sejarah, lumpia ini menjadi ikon wajib bagi siapa pun yang berkunjung ke Kota Atlas. Aroma harum rebung, udang, dan bumbu khas langsung menyambut begitu memasuki gang legendaris ini.

Lumpia Ikonik yang Melegenda Sejak Abad ke-19

Saya sempat ngobrol langsung dengan Bu Titin, adik dari Pak Untung, generasi keempat penerus Lumpia Gang Lombok. Usaha ini sudah berjalan sejak tahun 18 sekian—lebih dari satu abad lamanya! Dalam sehari, mereka bisa menjual sekitar 300 lumpia. Enggak heran, karena setiap kali saya ke sini, sering kehabisan.

Ragam Pilihan: Basah, Setengah Matang, dan Kering

Lumpia di sini punya tiga varian utama: lumpia basah, lumpia setengah matang, dan lumpia goreng kering. Saya pesan masing-masing dua. Sausnya pun istimewa: teksturnya seperti jelly, dengan cita rasa manis-pedas dan ada tambahan bawang putih serta acar. Sempurna!

Baca Juga :Lontong Kikil Cingur Viral Pak Yono di Lamongan

Rasa yang Tak Bisa Dibohongi

Begitu saya gigit lumpia basahnya, wah—isiannya padat, rebungnya enggak bau sama sekali, dan rasa udangnya sangat terasa. Lalu saya coba versi gorengnya—lebih crunchy, dan meskipun digoreng, tidak berminyak sama sekali.

Atmosfer Pecinan yang Kental

Lokasinya di Gang Lombok, Semarang, di kawasan Pecinan yang ramai dan punya suasana jadul. Sambil makan lumpia, kamu bisa melihat pemandangan sungai kecil dan aktivitas lalu lalang warga. Selain lumpia, di sebelahnya juga ada penjual liang teh, es puter, dan cakwe. Komplet buat sarapan atau camilan siang.

Tetap Menghargai UMKM Meski Tak Disponsori

Saya pribadi tetap membayar penuh tanpa minta endorse atau gratisan karena menghargai jerih payah penjual. Datang ke sini dari hati ke hati, dan ingin bantu promosikan tanpa pamrih.

Similar Posts