Ayam Betutu, Kuliner Khas Bali yang Sarat Makna Budaya
| |

Ayam Betutu, Kuliner Khas Bali yang Sarat Makna Budaya

lensakuliner.com – Menjelajah Bali belum lengkap tanpa mencicipi ayam betutu, hidangan khas yang masuk daftar Warisan Budaya Takbenda (WBTB) Indonesia. Kata betutu berasal dari be yang berarti daging atau ikan, dan tunu yang berarti dibakar atau dipanggang. Secara harfiah, betutu berarti daging yang dibakar.

Asal-Usul dan Fungsi Sakral Ayam Betutu

Berdasarkan buku Betutu Bali: Menuju Kuliner Diplomasi Budaya Indonesia karya I Made Purna dan Kadek Dwikayana, masyarakat Bali dahulu menyajikan ayam betutu sebagai persembahan kepada Ida Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa. Hidangan ini menjadi bagian dari Upacara Dewa Yadnya, bentuk persembahan kepada Tri Murti: Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa.

Setelah upacara selesai, umat Hindu Bali menyantap ayam betutu secara bersama-sama. Seiring perkembangan tradisi, masyarakat juga menghadirkan hidangan ini dalam berbagai jenis yadnya, seperti:

  • Pitra Yadnya – Masyarakat memberikan persembahan suci untuk leluhur agar roh mereka mendapat tempat yang layak di alam baka.

  • Rsi Yadnya – Umat memberikan penghormatan kepada orang suci, guru, dan tokoh agama Hindu.

  • Manusa Yadnya – Keluarga mengadakan persembahan terkait siklus kehidupan manusia, mulai dari bayi hingga pernikahan.

  • Butha Yadnya – Masyarakat mempersembahkan sesaji untuk menetralisir kekuatan negatif (bhuta kala) demi menjaga keseimbangan alam.

Baca Juga : Menikmati Tahu Tek Dublek Super Jumbo di Surabaya

Dari Persembahan Suci hingga Hidangan Keluarga Raja

Pada awalnya, masyarakat Bali hanya menghidangkan ayam betutu untuk acara keagamaan. Namun, seiring waktu, keluarga raja dan masyarakat umum juga mulai menikmati hidangan ini pada acara sosial. Biasanya, koki menggunakan ayam kampung muda atau bebek, dua hewan yang memegang peranan penting dalam Upacara Caru atau Tawur untuk menjaga keseimbangan alam semesta.

Racikan Bumbu Khas Bali

Koki Bali meracik ayam betutu dengan bumbu base genep (bumbu lengkap) dan bumbu wewangenan.

Bumbu base genep meliputi bawang merah, gula merah, kemiri, bawang putih, kencur, kunyit, daun salam, lengkuas, jahe, laos, cabai rawit, serai, daun limau, dan minyak kelapa.

Bumbu wewangenan terdiri dari merica putih, merica hitam, ketumbar, menyan, jangu, kulit jeruk purut, bangle, pala, cengkih, dan kemiri.

Aromanya kuat, tajam, dan menyerupai racikan jamu Jawa Kuno.

Proses Memasak Tradisional yang Unik

Dalam cara memasak tradisional, juru masak mengoleskan bumbu ke seluruh permukaan ayam, memasukkan sebagian bumbu ke rongga perut, lalu membungkusnya dengan daun pisang atau daun pinang. Setelah itu, mereka mengubur ayam di tanah dengan api sekam selama 8–10 jam. Proses ini membuat daging menjadi empuk dan mengeluarkan aroma gurih yang khas.

Banyak sejarawan kuliner percaya bahwa teknik memasak ini berasal dari tradisi bangsawan Kerajaan Majapahit yang pindah ke Bali saat terjadi perubahan agama di Jawa.

Populer Berkat Warung Men Tempeh

Tahun 1976 menjadi titik penting dalam popularitas ayam betutu. Ni Wayan Tempeh dan suaminya I Nyoman Suratna membuka Warung Ayam Betutu Men Tempeh yang memperkenalkan hidangan ini ke masyarakat luas. Sejak itu, orang bisa menikmati ayam betutu kapan saja, tidak hanya saat upacara adat atau keagamaan.

Similar Posts