Kue Bangket Sagu Khas Kepulauan Talaud Yang Nikmat dan Lezat
Kue Bangket Sagu: Cita Rasa Lembut dari Ujung Utara Nusantara
Ada aroma yang khas saat memasuki dapur rumah di Kepulauan Talaud pada sore hari wangi sagu yang dipanggang pelan di atas tungku, bercampur dengan harum santan dan gula merah. Di sanalah biasanya lahir salah satu kue tradisional paling istimewa dari ujung utara Indonesia: Kue Bangket Sagu.

Talaud: Negeri di Ujung Utara yang Kaya Rasa dan Cerita
Kepulauan Talaud berada di perbatasan utara Indonesia, dekat dengan Filipina. Daerah ini dikenal dengan keindahan lautnya, budaya maritim yang kuat, dan masyarakatnya yang hidup berdampingan dengan alam.
Sagu, yang tumbuh melimpah di hutan-hutan Talaud, menjadi sumber pangan utama sejak lama. Dari batang pohon sagu inilah masyarakat menciptakan berbagai hidangan tradisional — mulai dari papeda hingga kue bangket yang kini menjadi ikon kuliner khas daerah tersebut.
Asal-Usul dan Filosofi Kue Bangket Sagu
Nama “bangket” sendiri diyakini berasal dari kata “bangkit” — karena kue ini biasanya mengembang (atau “bangkit”) ketika dipanggang. Namun, bagi masyarakat Talaud, kue ini punya makna yang lebih dalam.
Bangket sagu sering disajikan pada saat-saat penting: perayaan Natal, pesta keluarga, atau penyambutan tamu. Di balik kelembutannya, kue ini melambangkan kehangatan, persaudaraan, dan rasa syukur.
Setiap gigitan bangket seperti membawa kita pada kenangan masa kecil — tentang ibu atau nenek yang dengan sabar mengaduk adonan sagu di wadah besar, tangan mereka yang cekatan membentuk bulatan-bulatan kecil, lalu memanggangnya di atas bara api dengan kesabaran yang nyaris ritualistik.
Bahan-Bahan Sederhana, Rasa yang Tak Pernah Sederhana
Resep kue bangket sagu sejatinya sangat sederhana. Hanya membutuhkan:
- Tepung sagu asli dari pohon sagu lokal
- Santan kental dari kelapa parut segar
- Gula pasir atau gula merah (sesuai selera)
- Telur dan sedikit mentega atau minyak kelapa
- Garam secukupnya
Namun, yang membuatnya istimewa adalah cara pengolahannya. Tepung sagu biasanya disangrai terlebih dahulu hingga kering dan ringan. Proses ini membutuhkan ketelitian — terlalu panas bisa membuat tepung gosong, terlalu cepat bisa membuat teksturnya gagal lembut.
Kue kemudian dipanggang di atas loyang tanah liat atau oven tradisional. Aroma yang keluar saat pemanggangan sungguh menggoda — wangi sagu bercampur dengan santan dan gula, menghadirkan nuansa yang menenangkan seperti pelukan masa kecil.
BACA JUGA :
Makanan Rupa Bubur Khas Madura Yang
Tekstur dan Cita Rasa: Renyah di Luar, Lembut di Dalam
Ketika pertama kali menggigit bangket sagu, yang terasa adalah kerenyahan lembut yang segera lumer di lidah. Rasanya manis, gurih, dan sedikit smoky jika dipanggang dengan tungku kayu.
Kue ini tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga memberi sensasi nostalgia. Banyak orang Talaud yang merantau ke kota besar membawa bangket sagu sebagai oleh-oleh — bukan hanya untuk dimakan, tapi untuk mengenang rumah.
 
		 
			 
			 
			 
			